Keindahan Tanjung Bira

Ribuan pantai siap memukau para wisatawan yang ingin menyelami eksotisnya Indonesia. Salah satu pantai cantik ada di Tanjung Bira, Sulsel, ada tiga warna yang indah dan tersembunyi.

Cerita perjalanan ini saya ambil ketika mengunjungi Tanjung Bira tahun lalu. Keindahan pantai di sana masih tergambar jelas di benak saya dan membuat saya ingin kembali kesana suatu saat nanti.

Perjalanan ini dimulai dari Makassar. Saat itu hari sudah mulai sore, saya diantar teman ke terminal Malengkeri.

Dari terminal ini, saya berencana naik angkutan umum menuju Bulukumba. Setelah berkeliling terminal, saya bertemu dengan salah satu driver yang akan berangkat ke Bulukumba. Tapi sayang, saya harus menunggu sampai penuh, baru mobil akan berangkat.

Cukup lama saya menunggu, mungkin hampir sekitar satu jam. Tapi waktu menunggu hampir tak terasa karena asik mengobrol dengan salah seorang penumpang yang juga akan berangkat ke Bulukumba, namanya Ibu Aspar.

Hari sudah mulai gelap ketika mobil mulai melaju menuju Bulukumba. Saya tiba di Bulukumba sekitar pukul 23.00 waktu setempat. Mungkin sudah jam malam bagi penduduk di daerah sana karena suasana sepi sekali.

Beruntung saya bertemu dengan Ibu Aspar yang menawarkan untuk menginap di rumahnya. Akhirnya dengan sedikit rasa was-was, saya pun menginap. Sampai akhirnya saya berpamitan dengan Ibu Aspar, ternyata keluarga ini sangat baik dan ramah. Ternyata, masih ada keluarga seperti ini di Indonesia.

Sabtu pagi, saya berangkat ke Terminal Bulukumba untuk mencari angkutan ke Tanjung Bira. Hanya beberapa angkutan ternyata yang menuju Tanjung Bira. Di dalam angkot ini, saya berbagi tempat dengan orang-orang yang selesai berbelanja di pasar, sangat penuh penumpang.

Perjalanan Bulukumba-Tanjung Bira ditempuh sekitar 1 jam karena kondisi jalan yang cukup buruk. Sekitar pukul 10.00 waktu setempat saya sudah sampai di Tanjung Bira.

Saya langsung mencari penginapan "Sunshine GuestHouse". Melihat penginapan ini, sepertinya hasil googling saya tidak salah. Penginapan ini murah dan nyaman. Tempatnya unik dibanding penginapan sekitarnya, rumah panggung terbuat dari kayu.

Tetapi pemandangan di bale-balenya membuat penginapan ini begitu menarik. Laut Tanjung Bira di depan mata dengan gradasi tiga warna; hijau, biru tua dan biru muda. Pantas saja, banyak turis asing yang meginap di sini.

Saat itu, hanya saya satu-satunya turis lokal di penginapan ini. Setelah menyimpan tas dalam kamar, saya tak sabar ingin langsung menuju pantai.

Wah! Memang indah pantai ini, begitu menyejukkan mata. Mata saya tak bosan melihat indahnya gradasi warna laut di sana. Tangan saya juga tidak bosan bermain dengan pasir pantainya yang putih halus dan bersih.

Sambil menikmati angin pantai, saya hampir terlelap di salah satu gubuk pedagang di pinggir pantai. Tempat yang asik untuk menikmati kesendirian.

Hmm, ke Tanjung Bira sepertinya tidak lengkap tanpa menjelajah alam bawah lautnya. Untuk snorkeling, wisatawan di sana bisa menyewa perahu untuk mengelilingi pantai Tanjung Bira atau menyeberang ke Pulau Liukang Loe.

Tapi sayang, kali ini saya jalan-jalan sendiri sehingga biaya untuk menyewa satu perahu cukup mahal. Tetapi seperti biasa, saya berusaha menemukan cara paling murah untuk bisa snorkeling di Tanjung Bira.

Setelah ngobrol dengan para pemilik perahu, sepertinya saya harus menemukan kelompok yang seide dengan saya untuk berbagi biaya sewa perahu. Sehingga biaya sewa per orang bisa lebih murah.

Namun, setelah lama menunggu dan belum ada yang seide dengan saya sampai siang tiba, akhirnya saya memutuskan kembali ke penginapan. Saya pun beristirahat di bale-bale sambil baca buku hingga sempat tertidur di sana.

Sekitar pukul 15.00 waktu setempat, saya kembali ke pantai dengan tujuan yang sama, yaitu mencari orang yang seide untuk snorkling dan patungan biaya perahu. Tetapi sayangnya, saya tetap tidak menemukannya.



Saya akhirnya mengobrol cukup lama dengan salah satu pemilik perahu yang tinggal di pulau seberang, Pulau Liukang Loe. Hasil obrolan kami memberi kesimpulan sepertinya saya harus menyewa perahu sendiri.

Kami membuat janji untuk ke Pulau Liukang Loe esok hari demi bisa snorkeling. Yippie! Malam itu, Tanjung Bira terasa indah. Beruntung bulan sedang tidak memantulkan cahaya matahari, sehingga bintang terlihat sangat banyak.

Liburan yang sempurna bagi saya ke Tanjung Bira ini. Malam itu saya mengobrol dengan tetangga penginapan, orang Prancis yang sangat tidak fasih bahasa Inggris.

Lucu juga obrolan kami. Banyak bahasa isyarat yang keluar, tetapi lebih banyak lagi suara tertawa dari kami meski sangat sedikit bahasa verbal yang kami mengerti.

Dari bule ini saya tahu bahwa mereka sangat mengagumi akan keindahan Indonesia baik alamnya, budayanya, dan toleransinya. Saya sendiri semakin bersyukur dilahirkan sebagai penduduk Indonesia.

0 Response to "Keindahan Tanjung Bira"

Post a Comment